Materi Bahan Ajar - Perlawanan Rakyat Aceh dalam Mengusir Penjajah Belanda - Perlawanan rakyat Aceh merupakan yang terberat yang dirasakan oleh Belanda. Pada tahun 1873, Belanda mengirim ekspedisi militer pertama ke Aceh dan mendapat perlawanan dari rakyat Aceh. Rakyat Aceh berlindung di sekitar Mesjid Raya Aceh. Dalam pertempuran itu, pasukan rakyat Aceh berhasil menembak Jenderal Kohler hingga tewas. Akhirnya, serangan Belanda pertama itu tidak berhasil.
Ekspedisi militer kedua terjadi pada tahun 1874, dipimpin oleh Mayor Jenderal Van Swieten. Pertempuran terjadi kembali di sekitar Mesjid Raya Aceh. Pasukan rakyat Aceh dipimpin oleh Panglima Polim. Belanda mengarahkan serangannya ke istana. Melalui pertempuran yang berjalan sengit, istana dapat dikuasai oleh Belanda.
Perlawanan terhadap Belanda terus terjadi di mana-mana, antara lain:
- perlawanan rakyat Aceh di daerah Pidie dipimpin oleh Teungku Cik Di Tiro;
- Teuku Umar dengan istrinya Cut Nyak Din memimpin di Aceh bagian barat.
Walaupun istana telah direbut Belanda, tetapi perjuangan rakyat Aceh terus berkobar. Daerah-daerah di luar kota dikuasai sepenuhnya oleh para pejuang Aceh. Mereka dipimpin oleh para teuku (panglima) dan teungku (ulama).
Mayor Jenderal Van Swieten diganti oleh Jenderal Pel. Namun Jenderal Pel tewas dalam pertempuran di Tonga. Melihat kenyataan itu, pemerintah kolonial Belanda akhirnya mengirim seorang misionaris ahli agama Islam untuk mempelajari adat istiadat rakyat Aceh. Ia bernama Dr. Snouck Hurgronje dengan menggunakan nama samaran Abdul Gafar.
Ia meneliti kehidupan rakyat Aceh dengan ikut berbaur ke dalamnya. Hasil penelitiannya adalah sebagai berikut:
- seorang sultan tidak mempunyai kekuasaan tanpa adanya persetujuan dari bawahannya;
- ulama sangat berpengaruh dalam kehidupan masyarakat.
Berdasarkan hasil kerja Dr. Snouck Hurgronje ini, Belanda menyusun kebijakan sebagai berikut:
- melakukan politik memecah kekuatan rakyat;
- ulama harus dihadapi dengan kekuatan militer;
- dipisahkannya kaum ulama dengan bangsawan;
- dibukanya kesempatan bagi anak-anak bangsawan untuk dijadikan pamong praja.
Dengan tekanan yang keras, satu per satu pimpinan rakyat Aceh dapat ditaklukan. Baik dengan jalan ditangkap maupun menyerahkan diri. Dengan hilangnya para pemimpin rakyat Aceh, akhirnya Aceh dapat dikuasai oleh Belanda pada tahun 1904.
Demikianlah tidak ada satu pun rakyat atau kerajaan dan penguasa di wilayah Nusantara yang menyerah begitu saja kepada penjajah. Mereka berjuang mempertaruhkan segala harta, masa depan, bahkan nyawa untuk membela dan mempertahankan kedaulatan sebagai bangsa yang merdeka.