Materi Bahan Ajar - Siapakah Radjiman Wedyodiningrat itu dan Apa Jasanya Terhadap Negara Indonesia? - Dr. Kanjeng Raden Tumenggung (K.R.T.) Radjiman Wedyodiningrat (lahir di Yogyakarta, 21 April 1879 – meninggal di Ngawi, Jawa Timur, 20 September 1952 pada umur 73 tahun) adalah seorang dokter yang juga merupakan salah satu tokoh pendiri Republik Indonesia.
Radjiman adalah tokoh perjuangan. Beliau merupakan anggota Budi Utomo (1908) sampai berubah namanya menjadi Parindra. Dr. Radjiman adalah salah satu pendiri organisasi Boedi Oetomo dan sempat menjadi ketuanya pada tahun 1914-1915.
Radjiman Widyodiningrat pun pernah menjadi anggota Volksraad. Pada masa pendudukan Jepang, Radjiman menjadi anggota Syu Sango- Kai dan Chuo Sangi-Kai.
Ketika Jepang terdesak dalam pertempuran di Pasifik dan Jepang membentuk BPUPKI, Radjiman pun terpilih menjadi ketua.
Pada saat PPKI terbentuk, Beliau pun duduk sebagai anggota. Pada awal kemerdekaan, Radjiman menjadi anggota KNIP, kemudian anggota DPA dan akhirnya menjadi anggota DPR RI.
Tahun 1952 Beliau meninggal dunia dan dimakamkan di Yogyakarta (berdekatan dengan makan Dr. Wahidin Sudirohusodo yang telah membesarkannya).
Sumber: Ensiklopedi Nasional Indonesia (telah dilakukan perubahan seperlunya)
Dalam perjalanan sejarah menuju kemerdekaan Indonesia, dr. Radjiman adalah satu-satunya orang yang terlibat secara akif dalam kancah perjuangan berbangsa dimulai dari munculnya Boedi Utomo sampai pembentukan BPUPKI. Manuvernya di saat memimpin Budi Utomo yang mengusulkan pembentukan milisi rakyat disetiap daerah di Indonesia (kesadaran memiliki tentara rakyat) dijawab Belanda dengan kompensasi membentuk Volksraad dan dr. Radjiman masuk di dalamnya sebagai wakil dari Boedi Utomo.
Pada sidang BPUPKI pada 29 Mei 1945, ia mengajukan pertanyaan “apa dasar negara Indonesia jika kelak merdeka?” Pertanyaan ini dijawab oleh Bung Karno dengan Pancasila. Jawaban dan uraian Bung Karno tentang Pancasila sebagai dasar negara Indonesia ini kemudian ditulis oleh Radjiman selaku ketua BPUPKI dalam sebuah pengantar penerbitan buku Pancasila yang pertama tahun 1948 di Desa Dirgo, Kecamatan Widodaren, Kabupaten Ngawi. Terbongkarnya dokumen yang berada di Desa Dirgo, Kecamatan Widodaren, Kabupaten Ngawi ini menjadi temuan baru dalam sejarah Indonesia yang memaparkan kembali fakta bahwa Soekarno adalah Bapak Bangsa pencetus Pancasila.
Pada tanggal 9 Agustus 1945 ia membawa Bung Karno dan Bung Hatta ke Saigon dan Da Lat untuk menemui pimpinan tentara Jepang untuk Asia Timur Raya terkait dengan pemboman Hiroshima dan Nagasaki yang menyebabkan Jepang berencana menyerah tanpa syarat kepada Sekutu, yang akan menciptakan kekosongan kekuasaan di Indonesia.
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Radjiman_Wedyodiningrat