Kapan Kerajaan Kediri Didirikan dan Sebutkan Peninggalan Sejarah Kerajaan Kediri - Kerajaan Kediri adalah sebuah kerajaan besar di Jawa Timur yang berdiri pada abad ke-12. Kerajaan ini merupakan bagian dari Kerajaan Mataram Kuno. Pusat kerajaanya terletak di tepi Sungai Brantas yang pada masa itu menjadi jalur pelayaran yang sangat ramai.
Kerajaan Kediri didirikan tahun 1041 Masehi. Kerajaan ini merupakan kelanjutan dari Kerajaan Medang Kamulan yang letaknya di bagian barat Jawa Timur. Kerajaan ini dibagi menjadi 2 bagian, yakni Kerajaan Kediri (Panjalu) dengan pusat pemerintahan di Dhaha dan Kerajaan Jenggala dengan pusat pemerintahan di Kahuripan. Kedua kerajaan ini dibatasi oleh Gunung Kawi dan Sungai Brantas.
Raja Kediri pertama Mapanji Garasakan memerintah tidak lama. Ia digantikan Raja Mapanji Alanjung (1052-1059 M). Mapanji Alanjung kemudian diganti lagi oleh Sri Maharaja Samarotsaha. Pertempuran yang terus menerus antara Jenggala dan Panjalu menyebabkan selama 60 tahun tidak ada berita yang jelas mengenai kedua kerajaan tersebut hingga munculnya nama Raja Bameswara (1116-1135 M) dari Kediri.
Raja-raja yang pernah berkuasa di kerajaan Kediri antara lain:
- Shri Jayawarsa Digjaya Shastraprabhu, Jayawarsa adalah raja pertama kerajaan Kediri dengan prasastinya yang berangka tahun 1104. Ia menamakan dirinya sebagai titisan Wisnu.
- Kameshwara, Raja kedua kerajaan Kediri yang bergelar Sri Maharajarake Sirikan Shri Kameshwara Sakalabhuwanatushtikarana Sarwwaniwaryyawiryya Parakrama Digjayottunggadewa, yang lebih dikenal sebagai Kameshwara I (1115-1130). Lencana kerajaanya adalah tengkorak yang bertaring disebut Candrakapala. Dalam masa pemerintahannya Mpu Darmaja telah mengubah kitab Smaradhana. Dalam kitab ini sang raja di puji–puji sebagai titisan dewa Kama, dan ibukotanya yang keindahannya dikagumi seluruh dunia bernama Dahana. Permaisurinya bernama Shri Kirana, yang berasal dari Janggala.
- Jayabaya, Raja Kediri ketiga yang bergelar Shri Maharaja Shri Kroncarryadipa Handabhuwanapalaka Parakramanindita Digjayotunggadewanama Shri Gandra. Dengan prasastinya pada tahun 1181. Prabu Jayabaya adalah raja Kediri yang paling terkenal, di bawah pemerintahannya Kediri mencapai kejayaan. Keahlian sebagai pemimpin politik yang ulung Jayabaya termasyur dengan ramalannya. Ramalan–ramalan itu dikumpulkan dalam satu kitab yang berjudul jongko Joyoboyo. Dukungan spiritual dan material dari Prabu Jayabaya dan hal budaya dan kesusastraan tidak tanggung–tanggung. Sikap merakyat dan visinya yang jauh kedepan menjadikan prabu Jayabaya layak dikenang.
- Prabu Sarwaswera, raja yang taat beragama dan budaya, prabu Sarwaswera memegang teguh prinsip tat wam asi yang artinya Dikaulah itu, dikaulah (semua) itu, semua makhluk adalah engkau . Tujuan hidup manusia menurut prabu Sarwaswera yang terakhir adalah moksa, yaitu pemanunggalan jiwatma dengan paramatma. Jalan yang benar adalah sesuatu yang menuju kearah kesatuan , segala sesuatu yang menghalangi kesatuan adalah tidak benar.
- Prabu Kroncharyadipa, Namanya yang berarti benteng kebenaran, sang prabu memang senantiasa berbuat adil pada masyarakatnya. Sebagai pemeluk agama yang taat, beliau mengendalikan diri dari pemerintahannya dengan prinsip , sad kama murka, yakni enam macam musuh dalam diri manusia. Keenam itu adalah kroda (marah), moha (kebingungan), kama (hawa nafsu), loba (rakus), mada (mabuk), masarya (iri hati).
- Srengga Kertajaya</em></strong> Srengga Kertajaya tak henti–hentinya bekerja keras demi bangsa negaranya. Masyarakat yang aman dan tentram sangat dia harapkan. Prinsip kesucian prabu Srengga menurut para dalang wayang dilukiskan oleh Prapanca. Pemerintahan Kertajaya, Raja terakhir pada masa Kediri. Kertajaya raja yang mulia serta sangat peduli dengan rakyat. Kertajaya dikenal dengan catur marganya yang berarti empat jalan yaitu darma, arta, kama, moksa.
Runtuhnya kerajaan Kediri dikarenakan pada masa pemerintahan Kertajaya, terjadi pertentangan dengan kaum Brahmana. Mereka menggangap Kertajaya telah melanggar agama dan memaksa mereka untuk menyembahnya sebagai dewa. Kemudian kaum Brahmana meminta perlindungan Ken Arok, akuwu Tumapel. Perseteruan memuncak menjadi pertempuran di desa Ganter, pada tahun 1222 M. Dalam pertempuran itu Ken Arok dapat mengalahkan Kertajaya, pada masa itu menandai berakhirnya kerajaan Kediri.
Peninggalan-peninggalan Kerajaan Kediri, antara lain:
- Prasasti Malengga (1052 M), isinya Garasakan telah mengalahkan musuhnya yang bernama Linggajaya dan mengusirnya dari istana Tanjung;
- tiga prasasti Garasakan lainnya (1052 M), isinya tentang lambang kerajaan, yakni Garudhamuka;
- Prasasti Sirah Keting (1104 M), isinya pemberian hadiah tanah oleh Raja Jayabhaya pada Desa Ngantang;
- Prasasti Jaring (1181), memuat nama pejabat dengan nama hewan;
- Prasasti Kamulan (1194 M), isinya tentang kemenangan Kertaraharja atas musuhnya yang mengganggu istana Katangkatang.